Beranda | Artikel
Sebab-Sebab Seseorang Berpaling dari Kebenaran
Selasa, 23 Oktober 2018

Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Yahya Badrusalam

Sebab-Sebab Seseorang Berpaling dari Kebenaran merupakan rekaman kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh: Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. dan disiarkan secara langsung dari Masjid Agung 45, Makasar pada 12 Shafar 1440 H / 21 Oktober 2018 M.

Ceramah Agama Islam Tentang Sebab-Sebab Seseorang Berpaling dari Kebenaran – Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc.

Pemberian Allah yang tak terhingga adalah hidayah. Oleh karena itulah Allah memerintahkan kita untuk senantiasa meminta hidayah. Bahakan setiap harinya lebih dari tujuh belas kali. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ ﴿٦﴾

Tunjukilah kami jalan yang lurus,” (QS. Al-Fatihah[1]: 6)

Hidayah lebih mahal dari pada gunung emas. Bahkan lebih mahal dari pada dunia dan seisinya. Maka dari itu kita berusaha semaksimal mungkin untuk terus dan terus mencari hidayah. Agar hidayah bisa diterima dengan mudah, tentu ada hal-hal yang harus kita lakukan.

Pertama, membeningkan hati kita. Ketika hati kotor, hidayah akan sulit masuk. Seperti halnya bejana yang kotor, jika dimasukkan kepadanya air, maka tentu air itu akan ikut kotor. Demikian pula ketika hati kita kotor dengan penyakit-penyakitnya, maka hidayah yang masuk pun akan menjadi keruh atau tidak bisa masuk sama sekali.

Sebab-sebab seseorang berpaling dari kebenaran

Pertama, kebodohan tentang kebenaran. Lalu kebodohan ini disertai dengan mengikuti hawa nafsu. Imam Ahmad rahimahullah berkata, “Adanya orang yang menyelisihi kebenaran, akibat dari sedikitnya pengetahuan dia tentang apa yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Kalau kita sudah tahu tentang suatu jalan, kita tidak akan peduli ketika ada seseorang berkata bahwa kita salah jalan. Karena kita sudah mengetahui jalannya. Tapi kalau kita tidak tahu, kita kebingungan.

Kita sudah mengetahui bahwa perselisihan sudah Allah takdirkan dalam umat Islam. Dan ketika kita dihadapkan kepada perselisihan, disitulah kita akan menjadi bingung. Tapi disaat bingung, kita jangan mundur. Disaat bingung itu kita harus maju dan terus mengkaji, mencari dalil dan perkataan dari para ulama sampai menjadi jelas kepada kita kebenaran dan kebatilan.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata, “Kebenaran bisa diketahui oleh setiap orang. Asalkan ada kesungguhan. Karena kebenaran yang dibawa oleh para Rasul akan diketahui oleh orang yang memiliki ilmunya. Sebagaimana orang yang sudah paham tentang emas, tidak akan tertukar padanya emas yang palsu dengan emas yang asli.”

Demikian pula ketika kita mengetahui tentang kebenaran, maka insyaAllah kita tidak akan tertipu. Kita akan mengetahui ini haq, ini batil.

Imam Asy-Syaukani berkata bahwa kecondongan kepada pendapat yang batil bukanlah perbuatan orang yang diberikan pemahaman yang kuat. Tapi itu biasanya menimpa orang-orang yang dangkal keilmuannya. Maka dari itu, kalau kita tidak tahu, usahakan jangan sok tahu.

Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di rahimahullah berkata bahwa siapa yang ridho dengan kebid’ahannya lalu dia tidak mau mencari dalil dari Al-Qur’an dan Hadits, dan tidak mau mencari ilmu yang bisa membedakan antara yang haq dengan yang batil.

Kedua, keyakinan berada di atas kebenaran tanpa bukti yang nyata. Di dunia ini, tidak ada orang yang merasa diatas kesesatan. Bahkan Fir’aun pun tidak merasa bahwa dirinya sesat. Hanya saja masalahnya dia meyakini sesuatu tanpa bukti yang nyata dan hanya berdasarkan kepada dugaan tanpa bukti. Akhirnya dia tidak mau menerima dakwah Nabi Musa. Fir’aun terhalang dari kebenaran.

Dizaman sekarang, semua kelompok merasa diatas kebenaran. Bahkan seringkali muncul perkataan orang yang berkata, “jangan merasa benar sendiri.” Dia melarang orang untuk merasa dirinya paling benar walaupun jelas-jelas itu kebenaran yang didukung dari Al-Qur’an dan hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahkan dengan ijma’ para ulama.

Apakah orang yang merasa di atas kebenaran pasti diatas kebenaran? Orang Khawarij merasa bahwa dirinya berada di atas kebenaran. Mereka mengira bahwa Al-Qur’an mendukung pendapat mereka. Padahal tidak.

Maka dari itu, jangan jadikan parameter kebenaran berdasarkan pemahaman orangnya. Tapi jadikan parameter kebenaran menurut pemahaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya. Karena pemahaman merekalah yang paling baik dan sudah dipuji oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Merekalah generasi yang dijamin masuk surga.

Mana yang lebih layak kita ikuti? Orang yang sudah dijamin masuk surga atau orang yang belum dijamin mansuk surga? Tentu yang sudah dijamin masuk surga lebih layak kita ikuti. Maka ketika ada orang yang membawakan ayat, hadits, tapi ternyata pemahamannya tidak sesuai dengan pemahaman para sahabat, mana yang lebih kita benarkan? Pemahaman para sahabat atau pemahaman orang tersebut? Tentu pemahaman para sahabat.

Ketiga, adanya rasa takut untuk berpegang kepada kebenaran. Terkadang seseorang tahu, namun rasa takutnya menghalangi ia mengikuti kebenaran. Heraklius meyakini bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam benar. Tapi Heraklius tidak mau masuk Islam karena takut kehilangan kedudukannya. Dan orang yang takut kehilangan kedudukan, dia tidak akan bisa mengikuti kebenaran. Orang yang takut dicerca kebenaran, dia tidak bisa mengikuti kebenaran.

Seseorang yang lebih menginginkan ridho manusia dari pada ridho Allah, jangan harap dia bisa mengikuti perintah-perintah Allah subhanahu wa ta’ala. Berapa banyak orang yang terhalang dari kebenaran karena ada rasa takut dihatinya untuk mengikuti kebenaran.

Imam Asy-Syatibi, penulis kitab Al-Muafakat, beliau juga menulis kitab Al-I’tishom. Beliau bercerita, ketika beliau mulai menuntut ilmu Allah dan mempelajar ilmu-ilmu ushul dan ilmu alatnya, mulailah tampak kepadaku mana haq mana batil, mana sunnah, mana bid’ah, mana syirik, mana tauhid. Dan ternyata aku dapati kebanyakan masyarakat di tempat beliau diatas kebatilan. Maka beliau kebingungan antara mengikuti kebenaran, akibatnya beliau akan dimusuhi oleh orang-orang. Atau beliau mengikuti kebiasaan orang-orang tapi Allah murka kepada beliau. Tapi beliau harus kuatkan untuk mengikuti sunnah Rasul, beliau yakin kalau Allah ridho kepada beliau, Allah bisa mencukupi beliau dari manusia. Tapi kalau manusia ridho kepada beliau dan Allah murka kepada beliau, manusia tidak bisa menahan adzab Allah sedikitpun juga. Beliaupun mulai meretas tali sunnah sedikit demi sedikit. Beliau mulai meninggalkan kebid’ahan, tegaklah hari kiamat kepada beliau. Cercaan bertubi-tubi menghampiri beliau, beliau dituduh dengan berbagai macam tuduhan dan dicaci maki.

Beginilah orang yang ingin mencari dan mengikuti kebenaran. Dia harus memiliki keberanian. Bagi pengecut, sedikit dicaci orang langsung minder, maka ini akan sulit mengikuti kebenaran.

Lalu apa lagi sebab-sebab seseorang berpaling dari kebenaran?

Simak Penjelasan Lengkapnya dan Download mp3 Ceramah Agama Islam Tentang Sebab-Sebab Seseorang Berpaling dari Kebenaran – Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc.


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/44949-sebab-sebab-seseorang-berpaling-dari-kebenaran/